Sejarah Pendidikan Islam; Masa Penjajahan Belanda
PENDIDIKAN
ISLAM PADA MASA PENJAJAHAN BELANDA
PENDAHULUAN
Sejarah pendidikan Islam di Indonesia dikatakan banyak melalui proses,
misalkan melalui dari perdagangan yang dilakukan bangsa lain di indonesia
sambil menyebarkan agama Islam, kebudayaan dan juga melalui kontak intlektual,
kemudian dalam sejarah Indonesia juga pernah di jajah oleh Belanda maupun
Jepang, dan ketika kaum kolonial Belanda yang berhasil menancapkan kukunya di
bumi nusantara pada tahun 1619 yang dipimpin oleh Jan Pieter Zoon
Coen menduduki Jakarta, dan dilawan oleh Sultan Agung Mataram yang bergelar
Sultan Abdurrahman Khlaifatullah Sayidin Panotogomo.
Sejak zaman VOC kedatangan mereka di Indonesia sudah
mempunyai misi ekonomi, politik dan agama. Serta Dalam hak actroi VOC terdapat
suatu pasal yang berbunyi sebagai berikut : ”Badan ini harus berniaga di
Indonesia dan bila perlu boleh berperang. Dan harus memperhatikan perbaikan
agama Kristen dengan mendirikan sekolah”. Kemudian pada masa ini bangsa
Indonesia mengalami tekanan dan kesulitan di berbagai bidang pendidikan Islam
karena pada saat itu para penjajah berhasil menguasai pemerintah bangsa
Indonesia sehingga dengan mudah menekan agar pendidikan islam tidak berkembang.
Maka dari itu kami akan memaparkan bagaimana proses dan keadaan pendidikan
islam pada masa penjajahan Belanda.
A.
Tujuan Penulisan
Kami sebagai pemakalah
membuat makalah ini dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami bagaimana
Sejarah Pendidikan Islam pada Masa Penjajahan Belanda. Dengan terselesainya
menyusun makalah ini karena kami memenuhi tugas dari Ibu Dosen dalam mata
kuliah “Sejarah Pendidikan Islam” dengan judul Sejarah Pendidikan Islam pada
Masa Penjajahan Belanda.
B.
Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan kami jelaskan
ini adalah sebagai berikut:
1.Bagaimana pendidikan islam pada masa
penjajahan Belanda?
2. Kebijakan apa yang di lakukan pemerintah
Belanda terhadap pendidikan Islam di Indonesia?
3.Apa yang terjadi pendidikan islam pada
masa penjajahan Belanda?
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA
PENJAJAHAN BELANDA
Indonesia merupakan
sebuah negara yang besar wilayahnya, serta kaya akan hasil bumi dan lautnya,
sejauh sebelum abad ke-19 masyarakat Indonesia telah
mengalami tekanan (penetration) dari kekuatan-kekuatan Eropa. Namun,
sejauh itu Indonesia nampaknya belum di kuasai dan terkekang secara refresif
dari pengaruh barat. Perubahan-perubahan besar justru terjadi pada awal abad
ke-19. Setelah perang Napoleon, Belanda berambisi menguasai wilayah Indonesia
sebagai daerah kekuasaan kolonialnya. Belanda mengatur kepulauan Indonesia
secara bebas dan tunduk kepada kekuasaannya.
Belanda mulai menjajah di bumi nusantara pada tahun 1619 yang dipimpin
oleh Jan Pieter Zoon Coen menduduki Jakarta, Setelah Belanda
dapat merebut kekuasaan VOC (Vereenidge
Oost-Indische Compagnie)/ Perserikatan Maskapai Hindia Timur pada tahun
1799, H.W. Deandles di tunjuk oleh Louis Bonaparte, Raja Belanda untuk
menguasai wilayah Indonesia dibawa oleh
Deandles ini rakyat Indonesia tersiksa dan sengsara.
Pada tahun 1870,
Belanda menerapkan undang-undang colonial yang mengatur hidup rakyat banyak
dalam hal ini Belanda menitik beratkan dalam misinya yaitu menyebarkan agama Kristen
dalam kurun waktu itu agama Kristen mulai mengalami kemajuan yang pesat.
Invetarisasi anggota masyarakat, lembaga, dan kelompok minoritas mulai
bermunculan sehingga abad ke-19 ini di kenal dengan sebutan age of mission (
era emisi).[1]
Dari kebnyakan yang di terapkan oleh Belanda dalam meyebarkan agam Kristen yang
kontra produktif terhadap masyarakat pribumi yang beragama islam dan
kebijakan-kebijakanya ahirnya muncul berbagai perang misal: Perang Jawa
(1825-1830) di pimpin Pangeran Diponegoro, Perang Paderi (1821-1838) di
Minangkabau, oleh karena itu kemudian Belanda mengadakan invansi dan ekspansi
ke seluruh wilayah Nusantara misal: menduduki Bali (1846-1854), Borneo
(1850-1854), Sulawesi (1858-1860), Sumatera (1970) Pulau Lombok( 1894).
Tidak dapat di pungkiri
bahwa penjajahan Belanda selama 350 tahun dengan misi kristenisasi dan
westernisasi, dengan berbagai penindasan dan di lakukan terhadap rakyat
Indonesia dengan berbagai kebijakan politik yang sangat merugikan bangsa Indonesia. Zainuddin
Zuhri menggambarkan bahwa rakyat Indonesia yang mayoritas beragama Islam tidak
memandang bahwa orang-orang barat yang
menjajah Indonesia sebagai pembawa kemajuan dan teknologi, melaikan sebaga
penjajah dan imperalis. Dalam penjajahan tersebut penjajah mempunyai kelicikan
dalam menjajah menurut ajaran dari politikus curang dan licik Machiavelli yang
berisikan:
1.
Agama sangat di perlukan bagi penjajah.
2.
Agama di pakai untuk menjinakan dan
menaklukan rakyat.
3.
Setiap aliran agama yang di anggap palsu
oleh pemeluk agama yang bersangkutan di gunakan untuk memecah belah mereka dan
mencari bantuan kepada pemerintah.
4.
Janji dengan rakyat tidak perlu ditepati
jika merugikan.
5.
Tujuan dapat menghalalkan segala cara[2]
Kebijakan Belanda dalam
mengatur pendidikan di Indonesia dimaksudkan untuk kepentingan mereka peribadi
terutama untuk kepentingan Kristen. Ini dapat dilihat ketika pemerintahan Van
Den Boss menjadi gubernur jendral di Jakarta pada tahun 1983. Mengeluarkan
kebijakan sekolah-sekolah gereja di
anggap dan di perlukan sebagai sekolah pemerintah. Sedangkan departemen yang
mengurus pendidikan dan keagamaan di jadikan satu, sementara di setiap
daerahkeresidenan didirikan satu sekolah agama Kristen.
Inisiatif dalam
mendirikan lembaga pendidikan yang di peruntukan bagi masyarakat Pribumi adalah
ketika Van Den Capellen menjabat sebagai gubernur jenderal memberikan surat
edaran yang di tujukan kepada para bupati yang isinya “ peraturan pemerintah
untuk memberikan pendidikan kepada Pribumi agar bisa membaca dan menulis dan
dapat menaati undang-undang dan hukum
Negara yang di but oleh pemerintah Belanda”.[3]
Dalam peraturan tersebut jelas bahwa belanda dalam membuat peraturan kepada
masyarakat Pribumi demi kepentingan mereka semata.
Belanda dalam menempuh
usaha untuk mematikan kegiatan-kegiatan orang Islam dengan cara mempelajari
ikhwal pribumi dan indologi yang di perdalam di negeri Belanda[4].
Kemudian dalam mencari kelemahan untuk menghadapi umat Islam, Beland mengutus
seorang Pro. Dr. Christian Snouck Hurgronje sempat belajar islam di Makkah
selama enam bulan, dan namanya dig anti Abdul Gaffar, setelah kembali dari
Makkah ia di tugaskan untuk menyelesaikan pemberontakan santri Aceh, dengan
memim[in kantor Van Inlandsch en Arabische Zaken.[5]
Atas sarannya E. Gobee dan C.
Andriaanse, di keluarkan kebijaksanaan kepada Islam di Indonesia berupa:
1.
Belanda harus netral terhadap agama dan
tidak ikut campur, ini hanya teori belaka karena menurut Prof. Dr. Snouck
Hurgronje, finatisme Islam akan luntur sedikit demi sedikit melalui proses
pendidikan secara evolusi.
2.
Pemerintah Belanda diharapkan membendung
masuknya Pan Islamisme yang sedang berkembang di Timur Tengah, dengan jalan
menghalangi masuknya buku-buku dan brosur kewilayah Indonesia serta mengawasi
tokoh-tokoh islam Indonesia dengan tokoh luar.[6]
Kondisi
Pendidikan Islam di Indonesia
Ø Pendidikan
Islam Sebelum Tahun 1900
Pendidikan
rumah tangga dan perorangan lebih mengutamakan pendidikan praktis seperti:
ketuhanan, keimanan dan masalah-masalah yang berhubungan dengan ibadah, belum
ada pemisah pelajaran tertentu dan belum ada pemberian pelajaran secara
sisitematis. Sedangkan pendidikan surau terbagi menjadi dua tingkatan yaitu
Al-Qur’an kemudian pengkajian kitab-kitab ilmu sharaf, nahwu, tafsir dll.
Pendidikan pada masa tahun ini
bercirikan:
a.
Pelajaran di berikan satu persatu
b.
Pelajaran ilmu sharaf di dahulukan dari ilmu nahwu
c.
Buku pelajaran di karang oleh para Ulama
Indonesia sendiri kemudian di terjemahkan ke dalam bahasa daerah setempat.
d.
Kitab yang di gunakan pada umumnya di
tulis tangan.
e.
Toko buku belum ada yang ada hanya menyalin buku dengan tulis tangan.
f.
Karena terbatasnya bacaan materi agama
sangat sedikit.
g.
Belum lahir aliran baru dalam Islam.[7]
Pesantren pada masa ini dapat di ketahui
pada abad ke-17 di jawa sudah ada Pesantren Sunan Bonang di tuban, Sunan Ampel
di Surabaya, Sunan Giri di Sidomukti dan sebagainya.
Ø Pendidikan
Islam Pada Masa Peralihan
Dalam
tahun 1905, pemerintah mempunyai peraturan kepada guru agama jika mengajar
harus mendapatkan ijin dari bupati maupun pejabat.
Ciri-ciri
pelajaran agam Islam pada masa peralihan:
a. Pelajaran
untuk dua sampai enam ilmu di himpun secara sekaligus.
b. Pelajaran
ilmu nahwu didahulukan atau di samakan dengan ilmu sharaf.
c. Buku
pelajaran semuanya karangan ulama islam yang berbahasa arab.
d. Buku-buku
semuanya di cetak.
e. Suatu
ilmu di ajarkan dari beberapa macam buku, rendah, menegah, dan tinggih.
f. Lahirnya
aliran baru dalam Islam seperti yang di bawa oleh majalah Al-Manar di Mesir.
Ø Pendidikan
Islam Sesudah Tahun 1909
Dengan
munculnya Budi Utomo dengan isu Nasioalismenya pada tahun 1908, menyadarkan
bahwa selama ini perjuangan bangsa
Indonesia hanya mengandalkan kekuatan kedaerahan tanpa adanya persatuan
sehingga sulit untuk mencapai kemerdekaan. Pada tahun 1926 di adakan kongres
Islam di Bogor, yang tidak mempersoalkan peraturan 1905 lagi, karena telah
dengan diganti dengan peraturan baru, yaitu ordonasi guru tahun 1925.
Kebijakan
Pemerintah Belanda dalam Pengawasan
Pendidikan Islam
a.
Ordonansi pertama ( 1905 ), bahwa
setiap guru islam harus meminta dan memperoleh izin sebelum melaksanakan
tugasnya menjadi guru agama.
b.
Ordonansi kedua ( 1925 ), guru
agama hanya berkewajiban untuk melaporkan/ memberitahukan diri.
menurut
S. Nasution Pendidikan masa kolonial Belanda memiliki ciri-ciri umum
berikut:
v Gradualisme
adalah: menjamin kedudukan yang menguntungkan bagi masyarakat Belanda dan
membatasi kesempatan belajar bagi masyarakat Hindia Belanda. Berfungsi agar
anak-anak belanda lebih maju , anak-anak belanda memasuki pendidikan menengah
sejak 1680, sedangkan pendidikan lanjutan bagi anak Indonesia baru di sediakan
pada tahun 1914.
v Dualism
adalah: menekankan dua perbedaan antara pendidikan Belanda dan Pendidikan
Pribumi, serta system pendidikan terbagi dalam dua kategori sekolah barat
menggunakan bahasa Belanda sedangkan sekolah Pribumi menggunakan bahasa Melayu.
v Kontrol
Sentral yang Kuat adalah: pendidikan di putuskan hanya oleh pegawai Belanda,
meskipun di bentuk Volksraad (lembaga perwakilan rakyat) tetap keputusan
terahir hanyalah kekuasaan Gubernur Jenderal.
v Keterbatasan
tujuan sekolah pribumi dan peranan sekolah untuk menghasilkan pegawai sebagai
faktor penting dalam perkembangan pendidikan. Sekolah pertama untuk anak
Indonesia didirikan oleh pemerintah Belanda dengan tujuan mendidik anak-anak
aristokrasi di Jawa untuk menjadi pegawai perkebunan pemerintah yang senantiasa
berkembang selama masa tanam paksa.
v Prinsip
Konkordinasi bertujuan untuk menjaga agar sekolah di Hindia Belanda mempunyai
kurikulum dan standar yang sama dengan
sekolah di negeri Belanda. Ini bermaksud untuk mempermudah perpindahan
murid-murid dari Hindia Belanda ke sekolah-sekolah di negeri Belanda.
v Tidak
adanya perencanaan pendidikan yang sistematis terhadap pendidikan pribumi.
Bila di klasifikasikan
bentuk dan jenis lembaga pendidikan islam pada masa penjajahan Belanda pada
awal dan pertengahan abad ke-20, adalah:
1.
Lembaga pendidikan pesantren yang masih
berpegang secara utuh kepada budaya dan tradisi pesantren, yakni mengajarkan
kitab-kitab klasik.
2.
Lembaga pendidikan sekolh-sekolah islam, di lembaga ini di samping mengajarkan
ilmu umum sebagai pokoknya, juga mengajarkan ilmmu agama
3.
Lembaga pendidikn madrash, lembaga ini
mencoba mengadopsi system pesantren dan sekolah, dengan menampilkan system
baru.
B.
ANALISIS FAKTA (DATA SEJARAH)
Penaklukan bangsa barat terhadap bangsa timur dimulai dari perdagangan
kemudian keuatan militer, Belanda awal mula dalam menaklukan bangsa Indonesia
dengan cara berdagang kemudian dengan lambat laun Belanda mulai menguasai
perdagangan di Indonesia dengan adanya kongsi dagang yang di sebut VOC,
selanjutnya Belanda menguasai satu pertsatu pemerintahan di Indonesia dan
akhirnya Belanda dengan mudahnya membuat kebijakan terhadap masyarakat pribumi
pada masa itu, terutama kebijakan dalam menghadapi Pendidikan Islam pada waktu
itu dengan munculnya ordonansi terhadap guru agama, kemudian berlangsunglah
penjajahan sampai 350 tahun/ 3,5 abad.
KESIMPUAN
Penaklukan Belanda terhada bangsa
Indonesia Selama jaman penjajahan itu perjalanan proses kritenisasi di
Indonesia kedatangan bangsa barat memang telah membawa kemajuan teknologi,Tetapi
tujuannya adalah untuk meningkatkan hasil penjajahannya bukan untuk kemakmuran
bangsa yang dijajah serta kolonial Belanda menyebarkan
agama Kristen di Indonesia berdasarkan kebijakan pemerintahan Van Den Boss
menjadi gubernur jendral di Jakarta pada tahun 1983. Mengeluarkan kebijakan sekolah-sekolah gereja di anggap dan di
perlukan sebagai sekolah pemerintah. Kemudian dalam menaklukan bangsa
Indonesia Belanda juga di bantu oleh tokoh-tokoh yang sangat licik misalkan
dalam mencari kelemahan umat islam di indonesia, Belanda meminta bantuan kepada
Pro.
Dr. Christian Snouck Hurgronje yang paham terhadap agama islam. Begitu pula di
bidang pendidikan mereka sangat menekan terhadap pendidikan agama islam karena
dia menginginkan untuk mengkristenkan bangsa Indonesia melalui kebijakan-kebijakan,
adapun kebijakan pemerintah Belanda terhadap pendidikan meliputi:
1)
Belanda mengeluarkan kebijakan
Ordonansi yang dikeluarkan dalam dua periode.
a. Ordonansi pada
tahun
pertama ( 1905 ), bahwa setiap guru islam harus meminta dan memperoleh izin
sebelum melaksanakan tugasnya menjadi guru agama.
b. Ordonansi
kedua ( 1925 ), guru agama hanya berkewajiban untuk melaporkan/ memberitahukan
diri.
2) Mendirikan
sekolah-sekolah Kristen di setiap daerah.
Pendikan mereka memperkenalkan sistem dan metode baru
tetapi sekedar untuk menghasilkan tenaga yang dapat membantu kepentingan mereka
dengan upah yang murah dibandingkan dengan jika mereka harus mendatangkan
tenaga dari barat.
DAFTAR PUSTAKA
Daulay,Haidar putra. Sejarah perumbuhan dan pembaruan
pendidikanIslam di Indonesia. Jakarta:
Fajar Interpratama Offse,.
2009.
Daulay,
Haidar Putra.Dinamika
Pendidikan Islam di Asia Tenggara. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Suwendi.
Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2004.
Nizar,
Samsul. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group,2011.
Zuhairini,dkk.
Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara,2010.
[1] Di negeri Belanda, misi Kristen
ini mengkristal pada tahun 1847 ketika Dutch Mission Society (Masyarakat Misi
Belanda) didirikan di Belanda. Sekelompok kecil pengikut Mennoint Belanda, yang
mendirikan organisasi itu, mewakili sebuah terobosan dalam kesadaran
menyebarkan misi dan kebangkitan kembali semangat penginjilan (evangelization)
di Belanda. Masyarakat menonint yang kemudian namanya dig anti Misi
Mennonint, saat itu mulai memberikan penekanan kepada penyebaran misi keluar
negeri, perioritas mereka yang pertama dalam pengimjilan ini di arahkan kepada
orang-orang Belanda yang bermukim di luar negeri, termasuk Hindia
Belanda. Baca Ibid, hlm. 37
[2] Zainuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan
Islam dan Perkembangan di Indonesia, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1978),h.532.
[3] Hasbullah, Sejarah Pendidikan
di Indonesia, Lintas Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persda, 1999). H.51.
[4] Ibid, h.52-53
[5] Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan
Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, (Jakarta: Mizan, 1998),
h.136
[6] Abuddin Nata, Op. cit, h. 204
[7] Mahmud Yunus, Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Hida Agung, 1985),
Komentar
Posting Komentar