UNITY OF SCIENCE

 

UNITY OF SCIENCE

I.                   PENDAHULUAN

Dikotomi antara ilmu agama dengan ilmu umum sebenarnya sudah lama terjadi, bahkan sebagian masyarakat islam beranggapan bahwa antara agama dan sains merupakan dua hal yang tidak bisa dipertemukan. Keduanya memiliki wilayah yang berbeda, baik dari segi objek formal dan materialnya, metode penelitian kriteria kebenaran dan status teori masing-masing. Karena adanya pemahaman seperti diatas, akibatnya  timbul jarak antara revealed knowledge; yaitu ilmu pengetahuan yang bersumber dari wahyu dan scientific knowledge, seperti ilmu sosial ilmu humaniora, ilmu kealaman dan sebagaianya.

Al-Imam abu hamid muhammad al-ghazali menegaskan dalam kitab ihya ulum al-din  karangan nya bahwa pada hakikatnya ilmu adalah salah satu sifat dari Allah. Dan semua ilmu itu terpuji serta bersumber dari Allah. Karena bersumber dari yang satu yaitu Allah Swt, maka tidak ada istilah dikotomi antara ilmu agama dan ilmu sains. keduanya berhubungan secara integral dan saling melengkapi satu sama lain.

Berangkat dari pandangan al-imam al-ghazali bahwa ilmu itu satu dan berasal dari Allah. Maka muncullah istilah unity of sciences  yaitu kesatuan ilmu-ilmu.

 

II.                RUMUSAN MASALAH

A.    Bagaimana pengertian Unity of Sciences ?

B.     Apa landasan agama mengenai Unity of Sciences ?

C.     Apa landasan science mengenai Unity of Sciences ?

D.    Bagaimana integrasi agama  dan science dengan Unity of Sciences ?

 

III.             PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN UNITY OF SCIENCE

Secara etimologi, unity of sciences berasal dari kata unity yang berarti kesatuan dan sciences berarti ilmu-ilmu, bentuk jamak dari science. [1] Ilmu sendiri berasal dari bahasa Arab ‘alima, ya’lamu, ilman yang berarti tahu atau mengetahui. Muhammad ibn Shalih al-‘Utsaimin, dalam Al-Ushul min Ushul al-Fiqh, mendefinisikan bahwa yang dimaksud ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan apa adanya (yaitu sesuai dengan yang sebenarnya) dengan pasti. Konsep unity of sciences pada dasarnya sama dengan the unity of knowledge yang diungkapkan oleh Raja Al-Faruqi sebagai prinsip pokok yang perlu dipegang untuk islamisasi ilmu [2]

Sedangkan Baiquni, mengartikan ilmu pengetahuan atau sains (science) adalah himpunan rasional kolektif insane yang diperoleh melalui penalaran dengan akal sehat dan penelaahan dengan pikiran yang kritis terhadap data pengukuran yang dihimpun dari serangkaian pengamatan pada alam nyata (al-kaum) di sekeliling kita yang dibimbing lewat Alquran dan Sunnah.[3]

Jadi unity of sciences adalah kesatuan ilmu-ilmu, yang pada hakikatnya ilmu itu berasal dari satu sumber yaitu Allah SWT. Di dalam Alquran ilmu Allah itu adalah Al-’Alim, ilmu itu adalah bagian dari sifat Allah dan sifat Allah itu tidak bisa dipisahkan dari Dzat-Nya.[4] ini, sesungguhnya ke-Esaan Allah dengan keesan ilmu itu seolah olah menjadi satu seperti persatuan antara ilmu-ilmu alam (fisika, astronomi, kimia, biologi) dan persatuan teori relativitas umum dan teori kuantum dalam fisika sehingga menjadi sebuah teori yang menyeluruh dan tunggal.[5]

 

B.     LANDASAN AGAMA MENGENAI UNITY OF SCIENCE

Ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari pandangan dunia dan sistem keyakinan.  Dalam konteks Islam, ia merupakan parameter  yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin dalam bidang-bidangnya. Konsep Alquran mengenai ilm, yang biasa di terjemahkan menjadi “ilmu pengetahuan’’ secara orisinal telah membentuk ciri-ciri utama peradaban muslim dan menuntunnya kearah puncak kejayaannya. Ilm menentukan bagaimana kaum muslimin memahami realitas dengan sebaik baiknya, dan bagaimana pula membentuk dan mengembangkan sebuah masyarakat yang adil. [6]

Ilm merupakan langkah- langkah yang di tempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis, dan akhirnya menyimpulkan. Para ilmuwan Islam melakukan serangkaian kegiatan di atas berlandaskan Alquran, karena Alquran merupakan sumber atau basis intelektualitas dan spiritualitas Islam serta semua jenis ilmu pengetahuan. Bahkan Alquran merupakan sumber utama inspirasi pandangan Muslim tentang integritas sains dan spiritual.

Akan tetapi Alquran bukanlah kitab sains (ilmu pengetahuan alam). Tetapi ia memberikan pengetahuan tentang prinsip prinsip sains, yang selalu dikaitkannya dengan pengetahuan metafisik dan spiritual.[7] Karena itu, mempelajari alam dalam ajaran Islam tidak dapat dipisahkan dari mempelajari dan mengenal  dari dekat cara kerja Tuhan atau qudrat iradat Allah. Sebab alam semesta merupakan ayat-ayat kauniyah Allah yang dapat menghantarkan manusia mengenal dan meyakini Allah. Dan Allah sendiri melalui ayat-ayat qauliyah-Nya (Alquran) telah memerintahkan dan menganjurkan untuk memperhatikan ayat-ayat kauniyah. Jadi sangat jelas sekali perlunya unity of sciences dalam mengungkap dan mengenali fenomena alam semesta melalui penyatuan ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat qauliyah Allah SWT.[8]

Adapun ayat-ayat qauliyah yang menjelaskan ayat-ayat kauniyah (fenomena alam) yang menjadi landasan terbentuknya unity of sciences adalah sebagai berikut :

1)      Tentang pergantian siang dan malam

Fenomena alam yang sering kita lihat dan alami adalah pergantian siang dan malam yang terjadi secara cepat. Secara science dijelaskan bahwa pergantian siang dan malam terjadi karena rotasi bumi terhadap sumbunya. Ketika berotasi sesungguhnya bumi tidaklah berotasi dengan tegak melainkan sedikit miring (sekitar 23.5 derajat) kemiringan inilah yang menyebabkan tidak seluruh permukaan bumi mendapatkan panjang siang dan malam yang sama dalam waktu satu tahun.[9]

Jauh sebelum para ilmuwan science menerangkan fenomena alam ini secara ilmiah, sesungguhya Allah telah menjelaskannya terlebih dahulu di dalam Alquran surat Al-A’raf 54:


إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

 

Artinya: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.[10]

Bahkan seorang angkasawan Rusia, Gagarin setelah terbang ke angkasa sekitar bumi mengatakan bahwa dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri pergiliran gelap dan cahaya yang cepat dipermukaan bumi karena adanya rotasi bumi.[11] Maha Besar Allah yang telah menciptkan langit dan bumi ini dengan segala keajaiabannya.

2)      Tentang proses terbentuknya alam semesta

Kita semua pasti mengenal dengan betul teori Big Bang yang dikemukakan oleh George Lemaitre tahun 1935 tentang terbentuknya alam semesta. Berdasarkan teori Big Bang, alam semesta ini terbentuk karena adanya reaksi inti suatu massa yang sangat besar dan mempunyai berat jenis yang juga sangat besar sehingga terjadi ledakan yang besar. Kemudian massa itu berserakan menjauhi pusat ledakan dengan cepat. Setelah miliaran tahun, bagian-bagian yang berserakan tersebut membentuk kelompok-kelompok yang dikenal sebagai galaksi-galaksi dalam sistem tata surya[12]

Empat belas abad yang lalu, ketika manusia masih memiliki pengetahuan yang amat terbatas tentang alam semesta dan teori Big Bang belum muncul, Alquran lebih dulu telah menjelaskan tentang penciptaan alam semesta. Teori Big Bang selaras dengan Alquran surat Al-Anbiya : 30 yaitu sebagai berikut:


أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

 

Artinya: “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?”.[13]

Berdasarkan tafsir ayat tersebut di atas, maka alam pada mulanya bersatu padu, kemudian terpisah dan terhampar di angkasa raya. Apa bila dikaitkan dengan teori Big Bang,pemisahan tersebut adalah melalui ledakan dahsyat.

Setelah kita melihat dan memahami dua ayat qauliyah diatas yang selaras dengan fenomena alam yang terjadi maka dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya antara science dan Alquran sama sekali tidak ada dikotomisasi. Karena Alquran adalah sumber segala ilmu pengetahuan. Disinilah proses terjadinya penyatuan ilmu-ilmu atau disebut dengan unity of siences

.

C.    LANDASAN SCIENCE MENGENAI UNITY OF SCIENCES

Alam merupakan sumber berbagai jenis pengetahuan seperti matematika, fisika, dan metafisika baik itu secara ilmiah spiritual, kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini karena, realitas alam semesta mencakup berbagai aspek. Setiap jenis pengetahuan bersesuaian dengan aspek alam tertentu untuk dikaji secara terpisah.

Dalam Islam, kesatuan alam semesta dipandang sebagai citra kesatuan prinsip Ilahi. Tujuan sains Islam adalah untuk memperlihatkan kesatuan alam semesta, yaitu kesalinghubungan seluruh bagian dan aspeknya. Oleh karena itu sains Islam berupaya mengkaji semua aspek alam semesta yang beraneka ragam dari sudut pandang yang menyatu dan terpadu.[14]

Ibarat rumah harus ada kamr-kamarnya , tidak mungkin kamar ayah, ibu dan anak terpisah, semua saling menyatu. Karena dikatakan rumah bila antara bangunan satu dengan bangunan yang lain itu saling terkait.

Begitu juga akhir-akhir ini banyak disiplin ilmu yang berkembang dimana-mana dengan nama yang berbeda-beda seperti halnya ilmu tentang ketuhanan (ilmu kalam, teologis), tentang syari’at (fiqh), akhlaq/tasawuf, dan ilmu-ilmu umum lainnya seperti matematika, fisika , sejarah dan lain sebagainya. Sebagian yang disebutkan diatas itu semua merupakan cabang keilmuaan yang bersumber dari satu ilmu yaitu dari firman-firman Allah yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad Saw melalui malaikat jibril AS. Yakni kitab suci Al-Qur’an.

Al-Qur’an inilah yang kemudian menjadi landasan agama paling utama dalam kesatuan ilmu pengetahuan, sehingga banyak sekali ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia yang satu dengan yang lain, seperti arti ayat yang lebih kurang berarti:” barang siapa yang membunuh satu nyawa saja itu sama dengan membunuh seluruh manusia, dan barang siapa yang menghidupkan maka dia sama menghidupkan seluruh umat manusia”. Kemudian seperti fenomena kejadian langit dan bumi yang dulunya menyatu menjadi terpisah. Sedangkan dalam perspektif kita asal muara menalhitkan yang tumbuh dalam proses penyatuan adalah bagaimana kita semakin merasa dekat dengan Allah tetapi merasa khosyah denganNya.

Sedangkan untuk landasan sainsnya adalah bahwa realitas alam dan realitas sosial sesungguhnya menyatu, apa-apa yang tampak dalam alam dan fenomena dalam kemanusiaan itu hubungan yang ideal yang saling menghormati, kalau tidak disatukan maka menjadi persoalan. Katakanlah manusia dalam kebutuhan yang sangat banyak mengekplorasi dan mengekpolitasi alam, sehingga alam menjadi rusak[15]. 

 

D.    INTEGRASI AGAMA ISLAM DAN SCIENCE TENTANG UNITY OF SCIENCE

Hingga kini, masih kuat anggapan dalam masyarakat luas yang  mengatakan bahwa “agama” dan “ilmu” adalah dua entitas yang tidak bisa dipertemukan. Keduanya mempunyai wilayah sendiri-sendiri, terpisah antara satu dan lainnya, baik dari segi objek formal-material, metode penelitian, kriteria kebenaran peran yang dimainkan oleh ilmuan maupun status teori masing-masing bahkan sampai ke institusi penyelenggaranya.[16]

Menurut sejarah kita akan menemukan bahwa pertentangan yang terjadi antara agama dan sains merupakan peninggalan alam abad 18 dan 19. Pada masa itulah muncul sains modern di satu pihak, dan runtuhnya kepercayaan terhadap otoritas agama di lain pihak. Dengan penemuan-penemuan di bidang sains, banyak ilmuwan yang menyatakan diri bahwa mereka tidak lagi mempercayai Tuhan.[17]

Perbedaan utama sains pra-modern dan modern adalah mengenai posisi sains dalam hubungannya dengan jenis pengetahuan yang lain.  Dalam peradaban-peradaban pra-modern sains tak pernah dipisahkan dari pengetahuan spiritual. Sebaliknya, kita temukan sebuah kesatuan organik antara sains dan pengetahuan spiritual.

Yang dimaksud dengan pengetahuan spiritual adalah pengetahuan tentang dunia ruh. Dalam Islam pengetahuan ini tertuju pada pengetahuan tentang Keesaan Allah SWT, di mana Keesaan Ilahi (al-tauhidi) merupakan pesan sentral Islam. Pengetahuan tauhidi merupakan pengetahuan tertinggi serta tujuan puncak semua upaya intelektual.

Dan sumber terpenting untuk mempelajari pengetahuan semacam ini adalah Alquran dan hadits. Alquran merupakan sumber intelektualitas dan spiritualitas Islam. Alquran juga merupakan sumber utama inspirasi pandangan Muslim tentang integrasi sains dan tauhid.

Kehadiran Alquran dan hadits telah mengubah pola berfilsafat para pemikir Islam. Kandungan Alquran dan sunnah Nabi Muhammad adalah sumber utama segenap pengetahuan kaum muslim, baik pengetahuan yang secara langsung terkait dengan dasar-dasar agama mupun yang tidak langsung, semisal logika, bahasa, kesusastraan dan kedokteran.[18] Gagasan keterpaduan ini merupakan konsekuensi dari gagasan keterpaduan semua jenis pengetahuan yang lebih dikenal dengan Unity of Sciences.[19]

Unity of Sciences, merupakan wadah untuk menyatukan semua ilmu-ilmu, agar ilmu-ilmu tersebut saling terkait tidak berdiri sendiri. Karena pada dasarnya ilmu itu satu dan berangkat dari agama, jika ilmu dan teknologi bisa bersatu dengan dilandasi agama maka akan tercapai tujuan utama ilmu yaitu untuk keadilan dan kesejahteraan manusia.

Kehadiran ilmu pengetahuan Islam pada hakikatnya menjadi rahmat bagi kehidupan manusia dan alam seisinya. Ilmu pengetahuan Islam pada prinsipnya berpihak untuk pembebasan dan pemberdayaan  daya-daya ruhani manusia agar dapat memahami dan menghayati, mengerti dan menjiwai kebenaran dalam segala jenjangnya menuju pengalaman iman, sebagai dasar untuk memperkuat perannya sebagai hamba Tuhan (‘abd Allah) yang diangkat  menjadi wakil-Nya (khalifah Allah).[20]

Dengan adanya keterpaduan antara agama dan science dalam menanggapi kesatuan ilmu-ilmu (Unity of Sciences) diharapkan bisa melahirkan ilmuwan-ilmuwan muslim yang berintelektualitas science Islam dengan menjadikan Alquran dan Sunnah sebagai sumber utama ilmu pengetahuan.

Adapun prinsip-prinsip paradigma Unity of Sciences yang juga dapat dijadikan acuan oleh para intelektual muda dalam mencapai   adalah sebagai berikut :

1)             Meyakini bahwa bangunan semua ilmu pengetahuan sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan yang kesemuanya bersumber dari ayat-ayat Allah baik yang diperoleh melalui para Nabi, eksplorasi akal, maupun eksplorasi alam.

2)             Memadukan nilai universal Islam dengan ilmu pengetahuan modern guna peningkatan kualitas hidup dan peradaban manusia.

3)             Melakukan dialog yang intens antara ilmu-ilmu yang berakar pada wahyu (revealed sciences), ilmu-ilmu modern (modern sciences) dan local wisdom.

4)             Menghasilkan ilmu-ilmu baru yang lebih humnis dan etis yang bermanfaat bagi pembangunan martabat dan kualitas bangsa serta kelesatarian alam.

5)             Meyakini adanya pluralitas realitas, metode, dan pendekatan dalam semua aktifitas keilmuan

3)      PENUTUP

            Ilmu pengetahuan dan teknologi ditempatkan sebagai upaya  untuk memahami unity of sciences adalah bagaimana dalam aspek epistimologi dan aksiologi  memahami dg betul bahwa itu berasal dan berefek bgaimana cara kita untuk men-tauhidkan, ilmu yang melahirkan semangat tauhid. maksudnya adalah bahwa ilmu pengetahuan pada dasarnya mengarah pada ke tauhidan. Pada tataran riilnya bahwa saat ini yang berkembang di dunia, termasuk di Negara Negara Islam yaitu konsep ilmu yang dikotomik, konsep ilmu yang terpisah antara yang satu dengan yang lain, Tetapi tujuannya hanya kepada dzat yang satu.[21]

 

DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/7391548/Kesatuan_antara_Sains_dan_Pengetahuan_Spiritual

http://www.addeen.my/index.php/rohani/islam-sains/item/231-keajaiban-al-quran-tentang-sains

http://arvenius-dollargratis.blogspot.co.id/2009/09/quraish-shihab-ayat-ayat-kauniyah-dalam.html

http://iismim.blogspot.co.id/2010/03/keserasian-ayat-ayat-qauliyah-dan.html

http://sitijenk.blogspot.co.id/2015/01/makalah-tentang-ayat-ayat-kauniyah.html

https://ahmadsamantho.wordpress.com/2011/11/26/ilmu-agama-dan-sains-adalah-sebuah-kesatuan-memahami-tuhan/

http://santri.weebly.com/7/post/2012/07/membaca-ayat-ayat-allah.html

https://yantigobel.wordpress.com/tag/ayat-qauliyah/

http://wagustshanichi.blogspot.co.id/2013/04/pembuktian-kebenaran-ayat-ayat-kauniyah.html



[1] http://www.unhas.ac.id/sastra-arab/Jurnal/2006_Peb/Indo_Haerudin.pdf

[2] Akhmad Alim, Sains dan Teknologi Islami,  (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 11

[3] Tsuwaibah, Laporan Penelitian Individual: Epistemologi Unity of Science Ibnu Sina, Kajian Integrasi Keilmuan Ibn Sina dalam Kitab Asy-Syifa Juz 1 dan Relevansinya dengan Unity of Science IAIN Walisongo, (Semarang: IAIN WALISONGO, 2014), hlm. 15

[4] Abdul Muhayya, Laporan Penelitian Individual: Konsep Wahdat Al-Ulum Menurut Imam   Al-Ghazali (w.1111M) , (Semarang: IAIN Walisongo, 2014) hal.24

[5] Keterangan dari Dr. Nasihun Amin, M. Ag.  (dosen pengampu mata kuliah Unity of Sciences Fakultas Ushuluddin) saat kami wawancarai. Rabu, 30 September2015. Pukul 16.30

[6] Tsuwaibah, Laporan Penelitian Individual: Epistemologi Unity of Science Ibnu Sina, , (Semarang: IAIN WALISONGO, 2014), hlm. 17

[7] Osman Bakar, Tauhid dan Sains: Esai-esai tentang Sejarah dan Filsafat Sains Islam, (Bandung, Pustaka Hidayah : 1994), hlm. 74

[8] Abdul Muhayya, Laporan Penelitian Individual: Konsep Wahdat Al-Ulum Menurut Imam   Al-Ghazali (w.1111M) , (Semarang: IAIN Walisongo, 2014) hal.56

[9] http://duniaastronomi.com/2013/10/mengapa-ada-siang-dan-malam/

[10] Perpustakaan Nasional, Alquran dan Terjemah New Cordova, (Bandung, Syaamil quran: 2012),  hlm. 157

[11]https://www.academia.edu/6848562/PEMBUKTIAN_KEBENARAN_AYAT-AYAT_KAUNIYAH_DI_AL_QURAN

[12] Hartono, Geografi Jelajah Bumi dan Alam Semesta: Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, (Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009), hlm. 28

[13] Perpustakaan Nasional, Alquran dan Terjemah New Cordova, (Bandung, Syaamil quran: 2012),  hlm. 324

[14] Osman Bakar, Tauhid dan Sains: Esai-esai tentang Sejarah dan Filsafat Sains Islam, (Bandung, Pustaka Hidayah : 1994), hlm. 76

 [15] Wawancara dengan DR.H.Nasihun Amin di fakultas ushuluddin

[16] M. Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 92

[17] Tsuwaibah, Laporan Penelitian Individual: Epistemologi Unity of Science Ibnu Sina, Kajian Integrasi Keilmuan Ibn Sina dalam Kitab Asy-Syifa Juz 1 dan Relevansinya dengan Unity of Science IAIN Walisongo, (Semarang: IAIN WALISONGO, 2014), hlm. 39  

[18] Tsuwaibah, Laporan Penelitian Individual: Epistemologi Unity of Science Ibnu Sina, Kajian Integrasi Keilmuan Ibn Sina dalam Kitab Asy-Syifa Juz 1 dan Relevansinya dengan Unity of Science IAIN Walisongo, (Semarang: IAIN WALISONGO, 2014), hlm. 151

[19] Osman Bakar, Tauhid & Sains, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1994), hlm. 73-74

[20] Tsuwaibah, Laporan Penelitian Individual: Epistemologi Unity of Science Ibnu Sina, Kajian Integrasi Keilmuan Ibn Sina dalam Kitab Asy-Syifa Juz 1 dan Relevansinya dengan Unity of Science IAIN Walisongo, (Semarang: IAIN WALISONGO, 2014), hlm. 149

[21] Keterangan dari Dr. Nasihun Amin, M. Ag.,. . ., Rabu, 30 September2015. Pukul 16.30

Komentar

Postingan populer dari blog ini

7 (Tujuh) Ayat "Salam" dalam Al Qur'an

TARIF RETRIBUSI WISATA RELIGI

Fiqh Siyasah; Perang dan Damai dalam Islam