KTI; Etika Karya Tulis Ilmiah
PEMBAHASAN
- Etika Penulisan Artikel Ilmiah[1].
Etika penulisan artikel ilmiah dapat dikaitkan dengan
kriteria keilmuan yang bersangkutan. Selain itu ada beberapa kaidah teknis yang
harus dipenuhi agar penulis dapat menjaga etika penulisan yang lazim diikuti di
dunia tulis-menulis[2].
Plagiasi atau pengkutipan tanpa menyebut sumbernya secara akurat adalah
contoh-contoh pelanggaran etika penulisan yang seharusnya dihindari.
Artikel ilmiah diharapkan memenuhi beberapa kriteria.
Ilmu pengetahuan mempunyai tradisi yang berciri khas dan sederet norma dan
nilai yang tidak mudah diubah dan cenderung bertahan di mana pun ilmuwan berada[3].
Sejalan dengan hal itu
, penerbitan ilmiah secara inheren membawa cirri-ciri khas tersebut yang
mungkin tidak perlu ada dalam jenis penerbitan yang lain. Pertama-tama,
penerbitan ilmiah berciri objektif, artinya, isi penerbitan ilmiah hanya dapat
dikembangkan dari keadaan yang secara factual memang exist, walaupun
kriteria eksistensi fenomena akan menjadi focus bahasanya dapat berbeda antara
satu bidang ilmu dengan bidang ilmu yang lain.
Selain, objektif, ciri lain ilmu pengetahuan adalah
rasional. Rasional menurut Karl Popper adalah tradisi berpikir kritis para
ilmuwan. Oleh karena itu, penerbitan ilmiah juga membawa ciri kritis ini yang
sekaligus dapat berfungsi sebagai wahana penyampaian kritik timbal balik yang
berkaitan dengan masalah yang
dipersoalkan[4].
Lain daripada itu, karena jurnal merupakan sarana komunikasi yang berada di
garis depan dalam pengembangan IPTEKS, ia juga mengemban ciri pembaru dan up-to-date
(tidak ketinggalan zaman).
Dua
ciri yang terakhir ini membawa konsekuensi pada isi dan keajekan kala
penerbitannya yang seharusnya dijaga dengan sungguh-sungguh. Jika dinyatakan
bahwa sebuah jurnal terbit 2 kali dalam setahun pada bulan-bulan tertentu,
komitmen ini hendaknya benar-benar dipenuhi.
Selain kriteria di atas, dalam menulis artikel ilmiah
penulis hendaknya mengikuti kaidah
ilmiah yang lain seperti reserved (menahan diri, hati-hati, dan tidak over
claiming), Jujur, lugas dan tidak menyertakan motif-motif pribadi atau
kepentingan-kepentingan tertentu di dalam menyampaikan pendapatnya.
Aspek teknis etika penulisan antara lain terkait dengan
pengutipan. Pengutipan pendapat penulis lain harus disertai dengan
identifikasi sumber yang jelas. Pedoman
lebih rinci untuk ini dapat dilihat padaa berbagai penulisaan yang diterbitkan
oleh berbagai badan seperti American Psychological Association (APA), atau buku praktis penulisan karya tulis ilmiah
seperti pedoman penulisan karya ilmiah Terbitan Universitas Negeri Malang (2000).
Satu hal yang amat jelas: plagiasi atau pemindahan tulisan dari sumber-sumber
lain benar-benar harus dihindari.
- Kode Etik Penulis[5]
Dengan
demikian, penulis itu punya etika. Ada 14 (empat belas) poin kode etik penulis
tersebut.
- Penulis dituntut untuk menjunjung tinggi posisi terhormatnya sebagai orang terpelajar, dengan jalan menjaga kebenaran hakiki , manfaat
dan
makna informasi yang akan disebarluaskannyasehingga tidak menyesatkan orang
lain.
- Penulis dengan penuh kesungguhan mengupayakan tulisan yang disajikannya tidak merupakan bahan yang menyusahkan untuk dibaca karena telah ditulisnya secara tepat, singkat, dan jelas.
- Penulis harus memperhatikan kepentingan penerbit yang mendanai penerbitan, sehingga keringkasan dan kepadatan tulisan mendasari penyimpanan naskah sebab hal itu berarti penekanan terhadap biaya percetakan.
- Penulis berkepentingan bahwa naskah yang dipersiapkannya diterbitkan dan disebarluaskannya dan untuk itu menyadari sepenuhnya keperluan adanya bantuan penyunting sebagai jembatan penghubung dengan pembacanya.
- Penulis hanya akan mengajukan naskah yang dipersiapkan serta teliti-telitinya sesuai dengan format yang akan dibakukan, dan dengan cermat akan mengkuti petunjuk kepada pengarang yang digariskan penyunting yang menjaga ketataasasan penampilan media komunikasi yang diasuhnya.
- Penulis berkewajiban tanggap terhadap usul dan saran penyunting sehingga segera mengembalikan naskah yang harus diperbaiki dan di revisinya agar tujuan memajukan ilmu dan teknologi dapat tercapai secepatnya.
- Penulis mutlak selalu bersikap jujur kepada dirinya dan jujur kepada umum sehingga ia tidak akan menutupi kelemahan atau memperbesar kelebihan hasil yang dicapainya.
- Penulis berkewajiban menjunjung tinggi hak, pendapat, atau temuan orang lain sehingga selalu menjahui perbuatan tercela seperti mengambil ide
dan
gagaasan orang lain yang belum diumumkan serta diakui sebagaai gagasannya
sendiri.
- Penulis senantiasa bertekad tidak akan melakukan plagiat, baik plagiat atas tulisannya sendiri maupun plagiat berdasarkan tulisan yang lain, sehubungan dengan adanya hak cipta kepengarangan dan hak kepemilikan intelektual.
- Penulis mengetahui sepenuhnya bahwa mengutip pernyataan atau pendapat orang lain dengan secara jelas menyebutkan sumbernya tidaklah merupakan perbuatan yang tercela.
- Penulis menyadari bahwa dengan mengirimkan naskah untuk diterbitkan, ia memberikan kepada penerbit hak tunggal untuk menerbitkan, menyebarluaskan dan memperdagangkan hasilnya, sehingga ia tidak akan mengirimkan naskah serupa kepada penerbit lain untuk maksud yang sama.
- Penulis bertanggung jawab terhadap semua kesalahan isi terbitan dan menaggung segala bentuk hukuman jika secara hukum terbukti bahwa isi terbitan tadi melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- Penulis berkewajiban merevisi atau mempersiapkan edisi baru karya jika diminta oleh penerbit untuk kepentingan umum.
- Penulis mempunyai tugas mulia untuk membantu penerbit mencari penyandang dana tambahan, dan menggalakkan promosi terbitan hasil karyanya[6] .
- Etika Penulisan[7]
Meskipun
penulis artikel mempunyai kebebasan untuk menulis di media massa mana saja,
bukan berarti ia tidak mempunyai etika dalam penulisan ataupun dalam pengiriman
artikel. Ada beberapa etika bagi penulis artikel yang tujuannya adalah untuk
mengarahkan penulis itu sendiri.
Berikut
beberapa etika yang harus diperhatikan:
a)
Jangan
mengirimkan naskah yang sama atau mirip kepada lebih dari satu penerbitan media
massa. Sebaiknya satu artikel untuk satu media massa.
b)
Kirimkanlah
artikel anda itu ke satu penerbitan lebih dulu, lalu tunggu barang seminggu
atau dua minggu. Kalau yakin tidak dimuat, dan anda merasa artikel ittu masih
relevan, kirimkan pada penerbit yang lain.
c)
Dalam menulis
artikel, jangan menyerah pihak lain (lembaga, aliran atau individu).
d)
Jangan
memanfaatkan artikel untuk kepentingan seseorang atau kelompok. Misalnya
meminta maaf (apology) atas nama seseorang atau kelompok.
e)
Kalau tidak
sangat penting , hindari menulis artikel secara bersambung. Sebaiknya satu
masalah dikupas tuntas. Kecuali atas permintaan redaktur yang memang
menginginkan artikel secara bersambung.
f)
Jangan
menanyakan kapan artikel anda dimuat, dan jangan seakli-kali bertanya tentang
honor tulisan anda.
g)
Jangan meminta
kembali artikel anda bila tidak dimuat oleh sebuah penerbitan.
h)
Pahami karakter
media yang menjadi incaran anda. ikuti ke mana arah penerbitan yang anda incar
itu, anda bisa membaca artikel-artikel lama yang sebelumnya sudah dimuat oleh
penerbitan yang anda incar itu.
i)
Pahami siapa
khalayak sasaran media incaran anda itu dan bagaimana kecenderungan
psikologisnya.
j)
Sesuaikan gaya
penulisan anda dengan teknologi penulisan atau pengiriman naskah. Misalnya jika
media cetak itu senang menerima naskah dalam disket,
sebaiknya
anda jangan mengirimkan naskah tertulis di kertas. Gunakan disket, karena akan
membantu redaktur media dalam hal mengedit naskah anda.
k)
Pahami tata cara
pengiriman naskah pada penrrbitan incaran anda[8].
[1] Hal 116,
H.NurTanjung, Bahdin & H.Ardial, 2005, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, jakarta:
PRENADAMEDIA.
[2] Ibnu,2000:33
[3] Taryadi,1993:5
[4] Taryadi,1993:6
[5] Hal 116,
H.NurTanjung, Bahdin & H.Ardial, 2005, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, jakarta:
PRENADAMEDIA.
[6] Rivai,2001:5-7
[7]Sumber
lain
[8] Hal 45, Djuroto Totok,dkk, menulis
ARTIKEL & Karya Ilmiah, PT REMAJA ROSDAKARYA, cet; I, 2003.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMantap
Hapus